Hubungan Praktik Pemberian Makanan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat

Authors

  • Fadzilah Nur Qolbiyah Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Author
  • Riries Choiru Pramulia Yudia Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Author
  • Meiliati Aminyoto Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Author

Keywords:

Stunting, Praktik Pemberian Makanan, Balita

Abstract

Stunting adalah keadaan gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis. Penyebab masalah pertumbuhan pada awal kehidupan disebabkan oleh masalah kurang gizi, pemberian makanan pendamping air susu ibu terlalu dini atau terlalu lambat, dan pemberian makanan yang tidak sesuai usia. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui hubungan praktik pemberian makanan dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Barong Tongkok Kutai Barat. Desain penelitian ini observasional analitik dengan metode kasus kontrol. Data diperoleh dari kuesioner dan data pasien di Puskesmas Barong Tongkok dengan teknik purposive samplingdidapatkan 32 kasus dan 32 kontrol. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan uji fisher’s exact. Analisis data secara statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi makanan dengan p= 0,740 (p lebih besar 0,05), jenis makanan dengan p = 1,000 (p lebih besar 0,05), jumlah makanan dengan p = 0,545 (p lebih besar 0,05), dan praktik pemberian makanan dengan p = 1,000 (p lebih besar 0,05) dengan kejadian stunting. Tidak terdapat hubungan antara frekuensi, jenis, jumlah, dan praktik pemberian makanan dengan kejadian stunting. Pemberian makanan cukup gizi dalam jangka waktu yang pendek mengakibatkan asupan gizi tidak terpenuhi.

References

[1] Utario, Y., & Sutriyanti, Y. (2020). Aplikasi Offline Stunting untuk meningkatkan Pengetahuan Kader Posyandu di Puskesmas Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Abdimas Kesehatan Perintis, 25-30.

[2] De Onis, M., Dewey, K. G., Borghi, E., Onyango, A. W., Blössner, M., Daelmans, B., & Branca, F. (2013). The World Health Organization's global target for reducing childhood stunting by 2025: rationale and proposed actions. Maternal & child nutrition, 9, 6-26.

[3] UNICEF. (2020, March). Malnutrition rates remain alarming: stunting is declining too slowly while wasting still impacts the lives of far too many young children. Retrieved November 10, 2020, from UNICEF.org: https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/#

[4] Kementerian Kesehatan RI. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.

[5] Riskesdas. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas Tahun 2018). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

[6] Sriwahyuni, S., & Khairunnas, K. (2020). Sosialisasi Dampak Stunting Pada Balita Di Desa Pasie Jambu Kecematan Kawai IXV Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Pengabdian Masyarakat: Darma Bakti Teuku Umar, 2(2), 227-235.

[7] Widanti, Y. A. (2016). Prevalensi, Faktor Risiko, dan Dampak Stunting pada Anak Usia Sekolah. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan , 23-28.

[8] Sastria, A., Hasnah, & Fadli. (2019). Faktor Kejadian Stunting pada Anak dan Balita. Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya, 100-108.

[9] UNICEF. (2016). Regional Report on Nutrition Security in ASEAN. Volume, 2.

[10]Hanum, N. H. (2019). Hubungan Tinggi Badan Ibu dan Riwayat Pemberian MP-ASI dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan. Amerta Nutrition, 3(2), 78-84.

[11]Virginia, A. (2019). Hubungan Pemberian MP-ASI dan Usia Pertama Pemberian MP-ASI dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).

[12]Nurkomala, S., Nuryanto, N., & Panunggal, B. (2018). Praktik Pemberian MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) pada Anak Stunting dan Tidak Stunting Usia 6-24 Bulan (Doctoral dissertation, Diponegoro University).

[13] Anggraeni, E. M., Herawati, D. M. D., Rusmil, V. K., & Hafsah, T. (2020). Perbedaan status gizi bayi usia 6-9 bulan yang diberi MPASI buatan pabrik dan rumah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 16(3), 106-113.

[14] Udoh, E. E., & Amodu, O. K. (2016). Complementary feeding practices among mothers and nutritional status of infants in Akpabuyo Area, Cross River State Nigeria. SpringerPlus, 5(1), 1-19.

[15] Prihutama, N. Y., Rahmadi, F. A., & Hardaningsih, G. (2018). Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Sebagai Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 7(2), 1419-1430.

[16] Subandra, Y., Zuhairini, Y., & Djais, J. (2018). Hubungan pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI terhadap balita pendek usia 2 sampai 5 tahun di Kecamatan Jatinangor. Jurnal Sistem Kesehatan, 3(3).

[17] Virginia, A., Maryanto, S., & Anugrah, R. M. (2020). The Correlation Between Complementary Feeding and First Complementary Feeding Time With Stunting in Children of 6-24 Months in Leyangan Village, East Ungaran, Semarang Regency. Jurnal Gizi dan Kesehatan, 12(27), 89-98.

[18] Dewi, S., & Mu’minah, I. (2020). Pemberian MP-ASI tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 1-3 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sumbang I Kabupaten Banyumas. Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, 10(1), 5-10.

[19] Megawati, A., Wahyutri, E., & Syukur, N. A. (2018). Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Status Gizi Bayi Usia 7-12 Bulan di Wilayah Puskesmas Sebulu 2 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kaltim).

[20] Noviza, L. I. D. Y. A. (2014). Hubungan Konsumsi Zink Dan Vitamin A dengan Kejadian Stunted pada Anak Batita di Desa Rambai Kecamatan Pariaman Selatan Tahun 2014. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.

[21] Umah, K. S. (2017). Analisis Permintaan Konsumsi Nutrisi di Pulau Sumatera Pada Tahun 2007-2015. Jurnal Universitas Islam Indonesia, 1-13.

[22] Fatimah, N. S. H., & Wirjatmadi, B. (2018). Tingkat Kecukupan Vitamin A, Seng dan Zat Besi serta Frekuensi Infeksi pada Balita Stunting dan Non Stunting [Adequacy Levels of Vitamin A, Zink, Iron, and Frequency of Infections among Stunting and Non Stunting Children Under Five]. Media Gizi Indonesia, 13(2), 168-175.

[23] Bahmat, D. O., Bahar, H., & Jus’at, I. (2010). Hubungan Asupan Seng, Vitamin A, Zat Besi dan Kejadian pada Balita (24-59 Bulan) dan Kejadian Stunting Di Kepulauan Nusa Tenggara (Riskesdas 2010). Jakarta: Universitas Esa Unggul.

[24] Sundari, E., & Nuryanto, N. (2016). Hubungan asupan protein, seng, zat besi, dan riwayat penyakit infeksi dengan z-score tb/u pada balita. Journal of Nutrition College, 5(4), 520-529

Published

2024-11-14

How to Cite

Hubungan Praktik Pemberian Makanan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat. (2024). Jurnal Sains Dan Kesehatan, 3(6), 853-863. https://jsk.ff.unmul.ac.id/index.php/JSK/article/view/423